Minggu, 08 April 2012

Mola Hidatidosa

Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hidrofik. Etiologi Belum diketahui pasti. Ada yg menyatakan akibat infeksi, defisiensi makanan, dan genetik. Yg paling cocok ialah teori Acosta Sison, yaitu defisiensi protein.
Faktor resiko terdapat pada golongan sosioekonomi rendah, usia dibawah 20 th dan paritas tinggi.

Patogenesis Mola Hidatidsa

 berkembang dari trofoblas ekstraembrionik.

 Mola Hidatidosa terbagi menjadi:
 1.Mola Hidatidosa Komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
 2.Mola Hidatidosa Inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin

Manifestasi Klinis
 1. amenore dan tanda-tanda kehamilan perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwana coklat. Pada keadaan lanjut, kadang keluar gelembung mola
2. pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusar atau lebih
3. preeklampsia atau eklamsia yg terjadi sebelum kehamilan 24 mgg

 Pemeriksaan Penunjang

pemeriksaan sonde uterus (Hanifa) tes Acosta Sison, dg tang abortus, gelembung mola dapat dikeluarkan peningkatan kadar beta hCG darah atau urin ultrasonografi menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern) foto toraks ada gambaran emboli udara pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tiroroksikosis

Komplikasi

 Anemia, syok, infeksi, eklampsia, dan tirotoksikosis

Diagnosis
anamnesis: perdarahan pervaginam/gambaran mola, gejala toksemia pada TM I, TM II, hiperemesis gravidarum, gejala tirotoksikosis, dan gejala emboli paru

 pemeriksaan fisik: uterus lebih besar dari usia kehamilan, kista luterin, balotemen negatif, denyut jantunh janin negatif

pemeriksaan penunjang: pada tes Acosta Sison dapat dikeluarkan jaringan mola, pada tes Hanifa sonde dapat masuk tanpa tahanan dan diputar 360 derajat g deviasi sonde kurang dari 10 derajat

Diagnosis Banding Kehamilan dg mioma, abortus, hidramnion, dan gemeli

Penatalaksanaan

 perbaiki keadaan umum keluarkan jaringan mola dg vakum kuretase dilanjutkan dg kuret tajam. Lakukan kuretase kedua bila tinggi fundus uterus lebih dari 20 mgg sesudah hari ketujuh untuk memperbaiki kontraksi, sebelumnya berikan uterotonik (20-40 unit oksitosin dalam 250 cc darah atau 50 unit oksitosin 500 ml NCl 0,9%). Bila tidak dapat dilakukan vakum kuretase, dapat diambil tindakan histerektomi histerektomi perlu dipertimbangkan pada wanita yg telah cukup umur dan cukup anak. Batasan yg dipakai ialah umur 35 th dg anak hidup tiga terapi profilaksis dg sitostatik metoreksat atau aktinomisin D pada kasus dg resiko keganasan tinggi seperti umur tua atau paritas tinggi pemeriksan ginekologi, radiologi, dan kadar beta hCG lanjutan untuk deteksi dini keganasan. Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca mola, yg paling banyak dalam 6 bulan pertama.
Pemeriksaan kadar beta hCG tiap minggu sampai kadar menjadi negatif selama tiga inggu lalu tiap bulan selama 6 bulan. Pemeiksan foto toraks tiap bulan sampai kadar beta hCG negatif kontrasepsi, sebaiknya diberikan preparat progesteron selama 2 tahun Prognosis Hampir 20% mola hidatidosa komplet berlanjut menjai keganasan, sedangkan mola hidatidosa parsial jarang. Mola yg terjadi berulang disertai tirotoksikosis atau kista lutein memiliki kemungkinan menjadi lebih tinggi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar