Selasa, 26 Juni 2012

Kemuning Senja di Beranda Mekah Bag. 1


~:: Kemuning Senja di Beranda Mekkah ::~

KARYA: ABU UMAR BASYIER



HARU BIRU NIKAH KELABU



Pagi itu adalah awal terbukanya lembaran hidup baru yg sulit dicerna kemerjap maknanya oleh gadis semuda Rafiqah.Usai menyelesaikan pendidikannya disebuah SMU di kota Jakarta tepatnya diwilayah Jakarta Timur secara tiba2 orang tuanya mendesaknya untuk menikah.



Sungguh aneh! Aneh bin ajaib! Hasil ujian baru saja diumumkan 5 hari yg lalu.Ia masih dalam euforia karena lulus dg nilai sangat memuaskan sekarang saat keceriaan dibenaknya sempat melambung menjadi hasrat melanjutkan studi diperguruan tinggi berkualitas,kedua orang tuanya justru membuyarkan ambisinya dg keinginan mereka itu.Kemauan yg menurut Rafiqah sungguh tidak lazim.Terutama bagi keduam orang tuanya yg dikenal sangat peduli terhadap pendidikan anak2 nya.Ingin anak2 nya berpendidikan tinggi.Sungguh tak masuk akal.



Rafiqah amat gelisah dg hasrat orang tuanya tersebut.Ia bukan tak menyetujui menikah cepat2.Baginya pernikahan dini bukanlah momok yg pasti menghantui jiwa tapi tentu harus dg pria yg Ia idamkan.Pria yg memenuhi kriteria2 suami pilihan yg ia tetapkan.Tapi ini adalah pria pilihan orang tuanya.Ia tahu bagaimana cara berpikir mereka,pria macam apa yg akan dipilih orang tuanya untuk menjadi suaminya dan menikahkan anak cepat2 juga tak ada dalam kamus mereka sehingga keputusan ini sungguh tidak masuk akal,Rafiqah heran sekali tapi tanpa ia sadari semua itu sesungguhnya bermula dari dirinya sendiri.



Bila ia adalah remaji seperti layaknya teman2 nya yg begitu patuh pada arus kehidupan metropolis tentu ia akan dipandang tak pantas segera menikah.Orang tuanya tidak akan kelabakan dg tiba2 mengusulkan ide pernikahan itu justru saat Rafiqah meneguhkan keinginannya berubah secara tiba2,ia ditodong dg hal yg tak pernah diduga-duga sebelumnya.Segera menikah.Perubahan apakah itu?



6 bulan yg lalu,Rafiqah memutuskan berjilbab sempurna.Setelah sebelumnya ia terbiasa mengenakan kerudung ala kadarnya.Di tengah glamour kehidupan keluarganya yg kaya raya yg perpahan sekuler militan keputusan itu dianggap mengada-ada.



Memang banyak selebritis kini berjilbab,banyak para bisniwati juga berjilbab tapi keputusan Rafiqah yg secara tegas mulai memakai jilbab lebar dg pakaian jubah yg panjang dan menutup seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan saja khas wanita alim akhirnya tidak lazim dalam kebiasaan keluarga besar mereka.



Papanya bahkan merasa malu memiliki gadis berpakaian seperti itu.Anti agama? Tidak juga.Ia hanya merasa risih meliha putrinya berpakaian dg bentuk tidak lazim bukan semata-mata pakaiannya tapi ruh dibalik pakaian tersebut yg lebih ia cemaskan.Cibiran dari rekan2 bisnisnya dalam bayangan sang papa kalau putrinya itu jangan2 pengikut aliran sesat dari kalangan radikalis yg berpotensi menjadi teroris sungguh bayangan seran yg baginya nyaris melebihi kematian.Hal yg sesungguhnya belum tentu terjadi namun sudah membuat orang tua Rafiqah tak ubahnya seekor kambing yg mati kaget sebelum disembelih.



Rasa2 nya bila Rafiqah memilih berjilbab seperti biasa mengenakan sejenis jilbab gaul atau jilbab modis yg kini memang digemari sebagian remaji islam tanah air mereka tak akan mempersoalkannya,mereka akan lebih mudah bertoleransi.Soal ibunya sendiri atau saudari2 nya yg tak pernah memakai jilbab model apapun,itu juga tak masalah.Bagi mereka jilbab sebagai simbol religiusitas sudah dimaklumi tapi jilbab yg dipilih untuk dipakai Rafiqah adalah jilbab Syar'i yg dipandang orang tuanya sebagai pakaian golongan ekstrimis dan fundamentalis islam.Mereka sendiri sejak dulu bersikap antipati terhadap pergerakan2 islam,majelis2 dakwah sunnah atau komunitas2 sejenis yg mereka pandang kolot dan terbelakang itu.



Dialog,bahkan perdebatan alot akhirnya terjadi antara Rafiqah dan kedua orang tuanya terutama sekali dg papanya,sebagai orang yg merasa paling bertanggung jawab atas adanya perubahan itu.Sesekali bahkan kakak dan adik2 nya ikut nimbrung dipihak orang tuanya.Perdebatan yg secara logis tak seimbang itu secara tak terduga justru sesalu berakhir dg keunggulan Rafiqah.



Logika dan alasan yg disampaikan oleh orang tua dan saudara2 nya seputar tuduhan terhadapnya sebagai muslimah kolot,ekstrim dan kaku berhasil dibantah satu persatu.



Kepiawaian berdebat yg sudah dimiliki Rafiqah secara genetik warisan dari kedua orang tuanya sendiri dipadu dg dalil-dalil,nash dan penjelasan ilmiah yg hampir setengah tahun ini didalami oleh Rafiqah menjelma menjadi layaknya predator bagi model paham orang tuanya yg sekuler abis.Mereka takluk.



Perdebatan itu sering diulang-ulang namun hasilnya tetap sama.Mereka berusaha menekan Rafiqah namun mereka malah seolah-olah kehabisan nafas menghadapi semangatnya yg menggebu-gebu dalam berislam secara benar menurut apa yg ia yakini.Semangat itu membuahkan kemapanan dalam berfikir dan berorasi begitu rupa akhirnya dialog terhenti sementara.Bukan kapok tapi mereka belum menemukan cara terbaik menghadapi Rafiqah,mereka memilih menggerutu diam2.



Belakangan Rafiqah mulai semakin tegas dan beringas menerangkan prinsip2 hidupnya yg dibangun diatas syariat.Termasuk yg paling merisaukan hati kedua orang tuanya soal kriteria pria bagaimana yg dipilihnya sebagai suaminya kelak.Semangat mudanya membuat Rafiqah bertindak ekstra agresif sehingga kurang memikirkan dan memperhitungkan dinding2 tebal yg masih berdiri tegak dihadapannya.Bahwa mengubah persepsi orang lain,ternyata bukanlah semudah yg selama ini ia pikirkan.



Disitu perdebatan2 panas kembali tergelar tanpa disadari.Kecemasan2 susulan mulai menyelinap dalam hati kedua orang tuanya.Mereka sangat tidak menginginkan adanya perubahan kurang nyaman dalam rumah tangga orang the have seperti mereka.Mereka tak mau ikut-ikutan terpengaruh menjadi kampungan.Jilbab muslimah yg sempurna itu,bagi mereka tak ubahnya momok yg menakutkan karena itu simbol pemberontakan terhadap kebijakan2 ningrat yg sudah lama dilestarikan dirumah mereka.





Rumah mereka akhirnya kembali bising dg suasana keseharian yg tak pernah sepi dari perdebatan namun kembali pula Rafiqah menunjukkan keteguhan prinsipnya.Dalam setiap perdebatan kembali terlihat kerapuhan dari pendapat dan prinsip hidup yg selama ini dibangun oleh kedua orang tua Rafiqah itu.Akhirnya orang tua Rafiqah,pak Broto dan bu Broto mengaku kalah.Mengaku kalah hanya dalam berolah kata dan berdebat tapi prinsip mereka yg bersebrangan dg Rafiqah dalam soal pernikahan itu rupanya justru menggeliat garang.Sebagai orang tua yg dihormati banyak orang,mereka pantang dipermalukan anak sendiri.Akhirnya cara kejam itu pun menjadi pilihan mereka.



Sangat disayangkan memang saat islamisasi mulai merambati semua kalangan dan komunitas yg berkerumun ramai dinegeri ini masih ada saja keluarga2 yg bertahan pada konsep moderenisasi yg tidak seimbang.Yakni yg hanya berpangkal pada semangat mengadopsi budaya barat yg didalamnya ada kecanggihan teknologi,kebebasan budaya dan sinisme berat terhadap budaya islam secara radikal,tanpa pilih2.Sehingga terlepas sudah tali pembeda antara hak2 kemanusiaan yg wajar saja dimodernisasikan semacam teknologi,industri dan science,dan hak2 ketuhanan yg bersikap baku permanen.Tak boleh diubah2 seperti keyakinan terhadap alam gaib,cara beribadah,aturan hidup,hukum,adab dan etika itulah pemicu utama kenapa akhirnya perubahan Rafiqah seolah dipandang sebagai genderang perang melawan angkara murka dilingkungan keluarga besar pak Broto meski Rafiqah sendiri tak merasa melakukan hal2 yg luar biasa.Ia hanya ingin mulai berjilbab lebih sempurna.Tak lebih dari itu.



Saat itulah ada salah satu rekan bisnis pak Broto yg rupanya tertarik melihat kecantikan Rafiqah yg alami apalagi kecantikan dibalut sehelai jilbab lebar dan panjang berpadu dg jubah suci yg menutupi sekujur auratnya.Ketertarikan itu bermula pada hari itu,secara tanpa sengaja saat berkunjung kerumah pak Broto sedang berdiskusi akrab dg rekan bisnisnya itu,ia berniat keluar rumah.





Disitulah pria tersebut melihat Rafiqah,sekilas saja tapi ia sudah cukup baginya menilai kecantikan Rafiqah.Rekan bisnis pak Broto yg masih sangat muda itu menyatakan terus terang ketertarikannya pada putri pak Broto tersebut baginya Rafiqah memiliki kecantikan yg betul2 natural bukan kecantikan yg menonjol karena dipoles oleh alat2 kosmetik moderen yg cenderung manipulatif.



Dan saat itu pula pak Broto mendapat ide gemilang secara spontan ia menawarkan putrinya untuk dinikahi rekannya tersebut kalau rekannya itu memang betul2 serius meminati Rafiqah.Pria muda itu tentu girang bukan main saat itu juga ia menerima tawaran pak Broto.Herannya tanpa berpikir-pikir lagi sementara pak Broto sendiri merasa kejatuhan durian bila obsesi itu benar2 terwujud selain sebagai mitra bisnis yg sangat berperan bagi berjalannya usaha pak Broto,pria bernama Pram (Pramono Agung Setia) juga ia tahu sangat kaya lebih kaya dari pak Broto sendiri.Pernikahan putrinya dg Pram dalam benak pak Broto,berarti mendulang 2 keuntungan sekaligus.Pertama bisa memperlancar usahanya sehingga ia semakin kaya.kedua menundukan sikap tegas Rafiqah.Pak Broto ingin Rafiqah kembali menjadi putrinya yg cantik dan modis dg tampilan kebangsawanannya,dg moderat.Itu bisa terwujud bila putrinya itu menikah dg Pram.Membayangkan itu hati pak Broto melambai-lambai kesenangan.



Gaya hidup Pram yg moderen namun sedikit religius,moderat dan progressif cara berfikirnya diharapkan akan bisa mengubah pola pikir putri mereka itu perlahan-lahan.Itu obsesi terpendam dalam jiwa pak Broto.



Sesungguhnya pak Broto tak pernah berniat menikahkan putrinya diusia sedini itu tapi ia anggap itu sebuah keharusan.Pendidikan toh bisa dilanjutkan setelah menikah,ia tidak melihat peluang yg lebih pantas diambil saat itu agar ia berkesempatan mengubah gaya hidup putrinya yg ia pandang sudah mulai mengancam ketentraman keluarga besar pak Broto yg terkenal itu.



"Orang yg cita2 nya tertuju pada dunia saja,urusannya akan Allah cerai beraikan.Kemiskinan senantiasa terbayang dipelupuk matanya.Sementara dunia yg menghampirinya hanya sebatas yg telah Allah tetapkan baginya saja..."(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dinyatakan shahih oleh Al Bani)



***



''Kenapa tiba2 papa berbicara soal pernikahan.Papa sendiri yg ingin saya melanjutkan kuliah dan mencapai prestasi setinggi mungkin?" tanya Rafiqah kepada papanya suatu pagi.Beberapa saat,setelah bu Broto menyampaikan kepadanya keinginan keluarga agar ia segera menikah dg Pram.Pria yg sama sekali belum dikenalnya.



"Nak,kamu adalah putri pak Broto.Putri dari keluarga besar Broto susilo yg dikenal sebagai orang berpikir maju.Enterpreuner ternama yg punya banyak relasi bisnis yg nyaris semuanya berfikiran moderen.Papa ingin kamu kelak menjadi Ibu rumah tangga yg selain cerdas,berpendidikan juga menjaga trademark keluarga kita sebagai teladan keluarga moderen.Lengkap dg simbol2 kemoderenan yg selama ini sudah kamu kenal."



"Lalu,kenapa papa menyuruh saya menikah cepat2?"



"Karena papa tak mau kamu larut dalam gaya berpikirmu yg kolot itu" tegas pak Broto.



"Apa dg menikah papa berharap saya berubah? Pa,saya sudah besar saya berhak memegang prinsip saya.Keluarga moderen dan cerdas adalah yg tidak akan memaksakan kehendak pada anak2 mereka." ungkap Rafiqah.



"Lagi pula urusan menikah tak bisa dipaksa-paksakan.Begitu juga jodoh,aku juga punya hak untuk memilih tho,pa?"



"Papa tak mau membiarkanmu memilih calon suamimu sendiri karena papa tahu bahwa suami yg akan kamu pilih pasti pria2 bercelana menggantung,memakai baju koko atau gamis yg lusuh dan berfikiran kolot itu," ketus pak Broto lagi kali ini dg nada mulai meninggi.



"Suami yg terbaik adalah yg mampu membimbing istrinya menuju keridhaan Allah,pa.Papa sendiri yg senjak dahulu menanamkan dalam jiwa kami agar tak lupa kepada Allah.Untuk suatu saat memilih pendamping yg baik dan shalih" lirih Rafiqah.





"Tapi keshalihan dalam persepsi kita sekarang berbeda,Nak.Keluarga kita sudah memiliki sudut pandang yg renyah tentang religiusitas.Tidak kaku dan terbelakang seperti yg mulai menyelinap dipikiranmu sekarang ini bagi kami keshalihan itu bukan dibuktikan dg cara berpakaian yg tidak lumrah dinegri ini asalkan sopan dan tidak mengundang birahi orang banyak itu sudah cukup.Lelaki shalih juga bukan harus pandai berbahasa Arab,fasih berdakwah dan memakai celana seperti layaknya orang dilokasi kebanjiran seperti itu" tegas pak Broto lagi dg nada lebih sinis dari sebelumnya.



"Tapi agama ini bukan kita yg membuat,pa.."



"Itu sudah sering kamu bilang." potong pak Broto.



"Nah,seharusnya Papa mengerti.Suami bagaimana yg sesungguhnya bisa mengajak istrinya kesurga."



"Pram itu orang baik.Ia enterpreuner muda yg sukses,ia juga religius meski tampilannya sedikit modis selalu berdasi dan necis karena ia memang pebisnis unggulan dinegri ini.Apa menurutmu sosok pria seperti Pram lebih cocok jadi penghuni Neraka? Apa ia orang yg jelek dimata Allah?" tanya pak Broto kepada putrinya.



"Selama ini semua rekan bisnis papa menganggap Pram itu orang baik bahkan sangat baik,ia tak pernah bermain kotor dalam berbisnis tak pernah mau diajak bersenang-senang dg para wanita malam seperti yg lazim dilakukan oleh rekan2 bisnis kami pada umumnya." lanjut pak Broto meyakinkan.



"Baik menurut orang belum tentu baik menurut Allah.Kalau menurutku,Pa.Ukuran keshalihan itu simpel saja.Ia boleh kaya atau miskin.Boleh orang awam atau pria ternama yg penting ia rajin beribadah,rajin berdzikir selalu menghindari yg haram,dan taat kepada Allah.Yg haram bukan hanya menenggak minuman keras,berzina atau melakukan korupsi yg haram itu termasuk melihat aurat lawan jenis dg sengaja tidak menjalankan syariat yg telah ditetapkan oleh Allah.Bagi wanita contohnya tidak menutupi auratnya terlebih lagi bila ia seorang suami,sebagai suami yg baik ia harus mampu membimbing anak dan istrinya senantiasa dijalan Allah.senantiasa patuh pada hukum Allah.





Semua itu tentu dapat dilihat dari hidup kesehariannya,seberapa besar perhatiannya terhadap ilmu,seberapa perhatiannya terhadap keharusan berpegang pada syariat sejauh mana kesesuaian perikehidupannya dg kepribadian Rasulullah...."



"Orang seperti itu mungkin hanya kamu dapatkan disurga,Nak.Ini dunia,ini abad moderen kamu harus berpikir yg realistis.Pram itu sudah punya segalanya,ia pebisnis yg sangat sukses,masih muda dan punya perhatian terhadap agama.Ia banyak bersedekah kok..." pak Broto berusaha meyakinkan Rafiqah.



"Rafiqah bukan mengharapkan kesempurnaan,papa.Rafiqah hanya menginginkan bahwa tanda2 keshalihan itu terlihat pada sosok pria yg akan menjadi suamiku kelak.Rafiqah tidak melihat pada diri Pram,gaya bicaranya masih terlalu ceplas-ceplos,kurang terkontrol.Untuk shalat saja ia masih suka melalaikan.Ingat Pa,kemarin waktu mengobrol dg papa? Hingga mendekati Magrib ia baru shalat itu pun karena ia memilat papa meminta izin untuk shalat." jelas Rafiqah.



"Simpan saja prinsipmu itu dalam hati,dirumah ini papa yg punya kekuasaan.Papa melihat bahwa kamu hanya bisa mengikuti irama kehidupan dirumah ini kalau kamu menikah dg Pram.Papa sudah kenal baik pemuda itu,ia bisa dipercaya dan kamu tahu Rafiqah? Dia sangat menyukai gadis berjilbab sepertimu..." Disini pak Broto ingin menjebak putrinya dg ungkapan berjilbab seolah-olah ia menyetujui cara Rafiqah berjilbab sesungguhnya tidaklah demikian karena pak Broto sudah merancang skenario licik dibalik ucapannya itu.



"Papa ingin aku tetap menikah dengannya?"



"Ya."



"Meski aku tidak mencintainya? Dan aku merasa tidak akan berbahagia hidup bersamanya?"



''Ya.Cinta itu bisa datang belakangan,soal kebahagiaan kamu itu tahu apa Nak? Kamu masih terlalu hijau asalkan sudah hidup senang berkecukupan dan mendapat kasih sayang suami kamu pasti akan berbahagia.Lihat Ibumu,dulu ia juga dijodohkan kakekmu dg Papa.Buktinya ia hidup berbahagia sampai sekarang kami tak pernah bercerai."





"Papa bilang bahwa Papa adalah orang berpikiran maju."



"Ya.Memang benar." tukas pak Broto.



"Tapi kenapa Papa ingin membuatku layaknya siti Nurbaya? Apa itu sesuai dg kebebasan berpikir dan berpendapat seperti yg sering Papa tanamkan kepada kami sejak kecil?"



Pak Broto terdiam.



Beberapa saat orang tua itu tampak termenung.Pertanyaan putrinya itu seperti menggebuk kepalanya dari belakang.Ia tidak menyangka kalau Rafiqah justru menggunakan pola berpikir yg biasa ia pakai untuk menyudutkan putrinya itu.



Ia orang moderen.Minimal begitulah ia menganggag dirinya.Tuduhan sebagai orang kolot adalah hal yg paling ia benci.Ia paling pantang dibilang kampungan,terbelakang atau ketinggalan zaman.Pertanyaan Rafiqah itu memaksanya memeras otak,mencari ungkapan yg pas untuk menjawab pertanyaan putrinya tersebut.



"Papa kira,memaksa anak menikah itu bukanlah harus berarti mengikuti pola 'siti nurbaya' itu harus ditimbang berdasarkan kemaslahatan si anak.Papa pernah dengar dalam sebuah pengajian bahwa dalam islam orang tua berhak menentukan calon suami buat putrinya." pak Broto berusaha berlindung pada ajaran islam yg kebetulan ia pernah tahu.



"Itu benar Pa,bagus klo papa mau merujuk kepada aturan islam karena kita memang orang islam.Orang tua memang berhak mencarikan jodoh buat anaknya terutama seorang Ayah yg mencarikan calon suami bagi putrinya.Oleh karena itu seorang Ayah harus memikirkan apa yg ditegaskan oleh Allah dalam firmannya,



"Hai orang2 yg beriman,peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka..."(A-TAHRIM:6)



Apakah papa yakin bahwa bila aku menikah dg Pram,ia akan bisa membimbing hidupku dg islam? Akan membawaku menuju surga?



Apakah papa yakin bahwa ia akan menjaga aturan Allah yg wajib dilaksanakan seorang suami terhadap Allah,kemudian terhadap istri dan anak2nya?" Dengan nada tegas pertanyaan2 itu meluncur dari mulut Rafiqah.



"Bukankah menurut islam apabila datang seorang pria melamar putri seorang muslim yg ia suka agama dan akhlaknya maka wajib menikahkannya dg putrinya?" pak Broto balik bertanya.





"Papa salah memahaminya.Rasa suka terhadap agama dan akhlak seorang didalam hadits itu bukanlah soal selera yakni bahwa menurut seleranya agama dan akhlaknya baik.Tidak,itu keliru Pa.Tapi bahwa simuslim tadi betul2 menyukai orang tersebut karena bagusnya kualitas agama (ibadah dan prinsip2 dasar keagamaannya) pria itu,dan kebagusan akhlak serta perilakunya.2 hal itu agama dan akhlak ukurannya adalah Al Qur'an dan sunah Nabi.Kalau memang Pram itu menurut papa bagus kualitas agamanya,bagus budi pekertinya dalam arti sesuai yg Allah ajarkan dan Rasulullah contohkan,aku akan menurut saja Pa.Karena Nabi bersabda,



''Kalau ada seorang lelaki yg engkau sukai karena agama dan akhlaknya bagus,melamar putrimu maka nikahkanlah dg putrimu itu.Kalau tidak,akan terjadi bencana besar dimuka bumi ini."(Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dalam kitab An Nikah,bab:riwayat tentang sabdanya "Kalau ada seorang lelaki yg engkau sukai ketekunannya beragama (islam) melamar putrimu maka nikahkahlah dg putrimu itu."At Tirmidzi berkata:"hadits ini hasan gharib."



Pak Broto kembali terbungkam karena sesungguhnya ia pun bukan orang yg begitu yakin akan kualitas agama Pram bahkan sekadar menurut kapasitasnya saja sebagai orang yg awam agama.Ia hanya tahu,Pram itu pria baik.titik.Tapi ia tak bisa membayangkan bila putrinya menikah dg orang2 yg sama sekali tidak ia suka.Orang2 yg baginya memandang islam terlalu berlebihan seolah-olah hidup bukan di zamannya.Membayangkan memiliki menantu seperti itu ibarat kiamat baginya.Bila berfikir demikian seburuk-buruknya Pram menurutnya masih lebih dapat ia toleransi.



"Papa yakin,Pram itu pria baik dan shalih?" tanya Rafiqah tiba2.



"Menurutku,belum Pa."



"Papa lelah berdebat denganmu,Nak."



"Rafiqah tak berniat untuk mendebat Papa.Tapi ini kan bukan urusan sederhana,Pa." sela Rafiqah.



"Buatlah menjadi sederhana."



"Maksud Papa?" Rafiqah bertanya keheranan.



"Pokoknya kamu terima saja menikah dengannya segalanya akan menjadi sederhana."





"Papa tetap memaksa?"



"Ya"



"Tidak ada pilihan lain?"



"Tidak."



"Papa rela Rafiqah akan hidup tidak berbahagia?"



"Kamu pasti berbahagia."



"Bagaimana bila ternyata Rafiqah hidup sengsara nantinya?"



"Tidak.itu tidak mungkin."



"Papa yakin ia pria yg baik menurut Papa? Jujur Pa?"



"Ya."



"Baiklah,Pa.Sebagai anak,Rafiqah tak bisa berbuat apa2 untuk pergi dari rumah ini pun,Rafiqah tak punya kemampuan apa2 nyali Rafiqah tak cukup untuk ituk.Rafiqah akan turuti kemauan Papa.Tapi bila ada apa2 dikemudian hari,Papa harus rela menanggung segala resikonya..."



"Dahulu juga mamamu pernah mengucapkan hal serupa kepada kakekmu dan nyatanya itu tak pernah terbukti apa-apa."



Perbincangan itu pun berhenti.Rafiqah harus menerima kenyataan,menikah dg pria yg sama sekali tidak ia cintai dan sama sekali jauh dari sosok yg ia idam2 kan terlebih lg saat itu ia sama sekali belum berfikir untuk menikah.



Segala ketidak nyamanan itu menumpuk menjadi satu terolah menjadi adonan kepedihan yg membaluri lubuk hatinya.Ia luluh dan berduka.Pernikahan itu menjadi tak ubahnya mendung kelabu dalam langit2 kehidupannya.Rafiqah sama sekali tak dapat membayangkan hari2 yg akan dijalaninya esok.Semuanya ia pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa hanya kepada Nyalah ketawakalan itu berlabuh.



"... Dan rasa belas kasihan yg mendalan dari sisi kami dan kesucian (dari dosa).Dan ia adalah seorang yg bertakwa dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya dan bukanlah ia orang yg sombong lg durhaka..."(MARYAM:13-14)



BERSAMBUNG..,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar