Terdengar keras pintu masuk dibanting kuat-kuat. Mendengar itu Bu Dedeh bertanya-tanya dalam hati: “Siapa gerangan itu?”
Ternyata Tabrani, anaknya yang baru pulang dari kantor.
“Kenapa Sep? Kok kamu kelihatan gusar begitu? Apalagi , apa gak malu didengar tetangga, pintu itu kamu banting keras-keras? “
“Maaf Bu. Aku kena musibah. Motorku dicuri orang di kantor. Semua
orang di kantor dan petugas satpam juga tidak tahu menahu. Aku sudah
lapor polisi terdekat, walau tahu itu percuma. Aku benar-benar kalut
saat ini. Apalagi kreditannya belum selesai. Aduhhh! harus cari di mana
yah!!??? Sepertinya aku benar-benar ingin menghabisi orang yang curi
motorku itu, jika beruntung ketemu nanti. Awasss!!!” cerita Tabrani tak
ada ujungnya.
Ibunya melihat kegusaran anaknya berlebihan. Ingin rasanya memeluk
dan mengelus dadanya. Namun ia pikir, saat ini ia tidak bisa menghadapi
anaknya dengan tenang. Untuk apa menghadapi sebuah batu.
“Coba kamu cari motormu di Al Qur’an!” seru ibunya sambil berlalu
kembali ke kamarnya, sambil berharap ada air yang bisa menghancurkan
batu itu.
“Ibu ngomong apa seh? Tidak bisa lihat aku lagi kesal apa? Kok
bisa-bisanya ngelantur seperti itu.” bisik hati Tabrani panas membara.
***
Beberapa hari kemudian, Tabrani keluar kamar dengan tampak cerahnya.
Lalu ia menghampiri ibunya, sambil menyematkam ciuman sayang didahi
perempuan tua itu.
Leila adiknya yang berada di situ hanya terheran-heran. “Ketemu jodoh kali?” bisik otaknya.
“Terima kasih ya Bu! Sudah menjadi ibu yang terbaik, terbaik dari segala perempuan!”
“Gombal! Kamu kenapa seh?” tanya Bu Dedeh yang masih memerah pipinya.
“Aku sudah menemukan motorku!”
“Oh yah? Alhamdulillah! Ketemu di mana?”
“Ya di Al Qur’an lah Bu. Khan ibu yang bilang.”
Bu Dedeh tersenyum cerah.
“Motor? Di Al Qur’an? Emang bisa? Di mana?” tanya Leila.
“Di ayat-ayat kesabaran, di ayat-ayat keikhlasan, di ayat-ayat bahwa
harta itu hanya pinjaman. bukan milik kita, tapi milik Allah!” jawab
Tabrani sambil tersenyum kepada adiknya.
“Ooo gitu toh! Baguslah! Aku udah lama khawatir dengan keadaan Aa.”
“Iya La! Jangankan motor, kamu dengar tidak berita di tv beberapa
waktu lalu. Ada orang yang membunuh penjual pulsa, lantaran pulsa yang
ia beli tidak kunjung masuk. Padahal pulsa itu hanya seharga Rp.
10.000,-. Tapi bisa mengubah orang jadi ganas dan lupa diri. Makanya
kita harus belajar bersabar dan ikhlas! Apalagi hidup di negara ini yang
terasa semakin sempit saja.” kata Bu Dedeh kepada anak-anaknya yang
tercinta.
Tabrani dan Leila mengangguk paham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar