by Imron El Shirazy
Empat, lima sekawan dan sang bidadari
Seperti Sore-sore yang lain di sepanjang tahun ia, berjalan dari ndalem menuju pasar yangg hanya berjarak 600 meter,
Dan di setiap perjalanan itulah selama beberapa bulan itu ia melewati sebuah tempat kos.
KOS GAUL,..HUHHUUU...
Sebuah papan nama yang bertuliskan nama itu terpasang miring tepat di depan kost tersebut.
Nama yang aneh pikirnya.
Mungkin
penghuninya salah tulis, atau bahkan mereka belum lulus PBA
(Pemberantasan Buta Aksara), gumam gadis itu dalam hati beserta seutas
senyum, senyum yang begitu menawan yang telah menghampiri mimpi setiap
pemuda di wilayah itu.
"Assalamu'alaikum bu.Nyai..."
Tiba-tiba
saja sebuah salam terdengar. Begitu kompak. Kekompakan suara yang
dimiliki oleh empat pamuda. Sebenarnya ada lima , tapi yang satu hanya
mengucapkan dalam hati. Keempat temannya mengatakan di setiap canda
mereka, kalau dia mungkin pengikut aliran kebatinan.
Wa'alaikumsalam wa rahmatullah...,
Sang
gadis yang di panggil Bu. Nyai itu menjawab secepat yang ia bisa.
Kecepatan yang selalu menyertai pandangann yang semakin menunduk, dan
langkah yang semakin cepat itu segera saja mengakhiri komunikasi tak
jelas diantara mereka.
Sang gadis berlalu.
Kelima pemuda tersenyum, lalu masuk kedalam " Kost Gaul huhhuuuu..,"
Singkat, tetapi selalu saja berhasil mengusik hati dan pikiran sang gadis dalam kesehariannya.
Kost-kostan
bernama aneh itu di huni 5 orang mahasiswa. Empat diantaranya yang
melantunkan sapaan kompak untuk bu Nyai. Mereka berlima sedang berkuliah
di Ngaliyan. Dua orang anak syari'ah IAIN Wali Songo Semarang :
Sugianto (biasanya dipanggil Yanto), Sulaiman (selalu saja minta
dipanggil Iman tapi temen-temennya panggi Aman.
:Sebuah kata yang mewakili perasaan hati para sahabatnya kala berada di dekatnya )
Tiga
orang yang lain mengambil jurusan Bahasa Inggris di universitas swasta
yang tergolong baru :Universitas Reformasi. Sebuah nama yang cukup
nengguncang juwa anak muda , mungkin juga orangtua.
"Yang
harus direformasi sesungguh nya bukan hanya negara beserta sistemnya,
akan tetapi lebih , dan terutama kehidupan ini ! Khususnya moral!"
Ketiga
pemuda yang kuliah disana adalah Pramono setyo Hasan (biasa di panggil
Doyok), Romdhoni (minta dipanggil Doni tapi semua temennya memanggil
Dono, sebuah "penghargaan" yang mereka berikan karena giginya yang
keterlaluan , dan Abdurahman Ghozali (Ghozali)
Sudah sekitar 2 setengah bulan mereka tinggal dirumah kecil itu,
Dan
sudah sekitar sebulan ini mereka selalu menyanyikan salam hangat yangg
kata Dono "untuk bidadari yang cantiknya minta amlop
itulah
mengapa sore tak pernah sepi disana. Karena setelah itupun masjid
pesantren akan sedikit ramai akan guyonan anak kecil baik dari pengurus
pondok pesantren putri maupun dari siswa TPA di masjid tersebut.
ADUUUUH.......GILA !!! Gadis itu memang cantiknya minta amplop !! Mana sikapnya juga santun ..,
Duuuh... Jadi penasaran , siapa sih yang kira-kira akan jadi suaminya kelak ???!
Doni
mulai bersenandung seperti biasa,sembari merebahkan badannya bersamaan
dengan kesigapan tangannya mengambil remote televisi. Dia dan para
sahabatnya sedang bersantai..
sumpah !!!....Nggaj bakalan kami don
yang ntar jdi suaminya !! Aku yakin banget kali ini. Ya nggaj temen2 ??
Timpal yanto. Yang lain megangguk.hanya ghozali yg diam.
"mang napa ??!!
"Napa?!!....kamu
masih bisa lihat dengan baik nggak sih?? Ngaca sana.... kamu tu cuma
punya satu hal luar biasa yang kamu miliki !"
"Apa??"d Dono bangkit. Matanya sedikit membesar. Dan senyumnya mengembang.
"Gigi !!!.... Tau !!!"
Semua
anak tertawa, hanya Ghozali yang tersenyum. Mungkin pendapat
kawan-kawannya yang menganggap dia pengikut aliran kebatinan benar,
sehingga semuanya ia tahan dan ia batin .
"Heh, jangan gitu donk,
bisa jadi orang kayak aku lho yang ntar yngg jadi suami gadis cantik
itu. Takdir kan hanya Allah yang tau." Doni membela diri dengan
kepercayaan diri yang berlebihan.
Iya. Takdir memang hanya
Allah yang tau. Tapi kamu tentu tak lupa kalo Allah itu Maha Adil dan
Maha Bijaksana. Jadi kayaknya nggak adil deh kalau......"
Kalau apa ???
Udah-udah....
Tidak berisik trus bicara tentang orang lain. Apalagi perempuan.
Ashar-an yuuk. Udah jam berapa nih?? Ghozali menengahi.
Njih
Pak Kyai. Tapi bentar lagi ya Li , masih sedikit pegel nih, Dari tadi
di plototin trus ma dosenku . Nggak tau tuh kenapa. Senam mata kali !!
“Oo
gitu... Ya udah ...silahkan istirahat. Aku tungguin lima belas menit
lagi.” Jawab Ghozali sembari melangkah ke kamar mandi. Di mata para
sahabatnya, Ghozali sangatlah tawadhu’
Canda masih terjadi
diantara keempat sahabatnya tentang banyak hal tentunya, beberapa menit
akhirnya mereka membubarkan diri. Kedewasaan mengantarkan mereka untuk
bersikap lurus tanpa perintah.
sembari menunggu
sahabatnya, Ghozali menerawang jauh akan sebuah kata : “Perempuan.”
Sebuah kata yang akhirnya mengantarkan pada kata lain : “Syahwat.”
Kata yang begitu ngeri baginya
Kata
itu menjadi musuh yang begitu ditakutinya. Kata yang menjadikan manusia
bahkan lebih buruk dari setan jika takluk akannya. Kata yang begitu
menguasai anak muda dijamannya. Kata yang tidak disadari para orangtua
untuk dijauhkan dari putra-putri mereka yang sedang remaja. Kata yang
sungguh ingin trus Ghozali lawan agar tidak dijauhkan dariNYA.
Para
sahabatnya merapikan sajadah dan diri mereka membentuk sebuah shaf
diruang tengah. Aman langsung memanggil Ghozali setelah sajadah tersusun
rapat. Sebenarnya Ghozali menolak untuk jadi iman tapi para temannya
memaksa. Ia pun tak punya pilihan lain meskipun sampe sekrang ia merasa
tak pantas.
Mereka langsung menghadap Tuhan mereka yang sama.
"Assalamu'alaikum...."
Sebuah salam pelan terdengar sesaat setelah mereka selesai berjamaah. Dono segera bangkit dan keluar
"Wa'alaikumsalam....Masuk,
Ti. Nyari siapa?? Dono langsung sigap saat melihat sang pengucap
salam. Astuti Septiani, salah seorang temen perempuan mereka.
Ghozali
ada?? Tunggu bentar ya, lagi sholat ma anak-anak, kata Dono sebelum
berlalu meninggalkan Astuti.., langkahnya di iringi senyum takala ia
melihat Ghozali keluar dari kamarnya, entah menyindir entah mengejek,
Ghozali tidak pernah tahu, ia hanya berucap.
"Ada apa ...?"
Sebua
ucapan yang lebih bersifat formalitas belaka karena sebenarnya Ghozali
sudah mengerti bahwa pasti kedatangan Astuti yang membangkitkan senyum
semacam ini,
"ehm...ehm...
Dono memberi isyarat
sembari terus berlalu. Astuti memang sering kesan dan hampir selalu
mencari Ghozali. Cicak yang selalu nangkring didinding pun akan mengira
mereka pacaran, atau setidaknya Astuti memiliki perasaan khusus terhadap
Ghozali.
“Eh kamu, Ti,,,ada apa???” Tanya Gholali. Astuti seketika senyum dan langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Nggak
kok, mau konfirmasi masalah rencana kamu unruk memberi les Bahasa
Inggris gratis di pondok buat anak-anak TPA gimana jadi??
“Oh itu Insya Allah jadi, tinggal menunggu kepastian anak-anak aja sih ?”
“Oh ya udah deeh aku tungguu aja. Kalo gitu aku pamit dulu ya, Li..”
“lho kok cepet-cepet, belum juga dibuatin minum..”
“Nggak
usah, Li, aku kesini kan cuma pingin ngomongin itu, lagian nggak enak
aku lam-lama disini. " Astuti tersenyum sembari menangkupkan
tangannya.., Ghozali membalas dengan sikap serupa. Astuti keluar. Mereka
pun berpisah..,
"Aduuuh..!!"
"Gedubraaak!!" tiba-tiba saja Dono jatuh dari balik dinding, di ikuti yang lainya.
"kamu sih, Yok!!."
"kok aku, Aman nih"
Keributan terjadi astuti kembali masuk
“ada apa??” Tanya Astuti tergesa.
“Óh nggak apa-apa kok, nggak apa-apa...” Ghozali tersenyum sembari memosisikan tubuhnya menútupi sahabat-sahabatnya.
Sebenarnya Astuti penasaran tapi merasa tidak enak hati dengan Ghozali akhirnya ia pamit,
“Ehhm...ehhm!!”
Suara Ghozali agak naik. Para sahabatnya segera bangkit dengan tak
beraturan. Kekompakan hanya terjadi pada warna dan raut wajah mereka.
Memerah dan cengar-cengir tanpa dosa.
"ah nggak papa sih.c Cuma jatuh aja kok.” Dono nyengir
"jatuh...?” raut wajah Ghozali berubah, seolah menggoda..
Tanpa
adanya komando dari siapapun keempat sahabatnya segera menghilang dari
pandangan mata Ghozali. Beberapa detik kemudian suara pintu kamar yang
tertutup dengan keras pun terdengar berurutan. Ghozali tersenyum
BERSAMBUNG..,
|
|
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus