Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hidrofik.
Etiologi
Belum diketahui pasti. Ada yg menyatakan akibat infeksi, defisiensi makanan, dan genetik. Yg paling cocok ialah teori Acosta Sison, yaitu defisiensi protein.
Faktor resiko terdapat pada golongan sosioekonomi rendah, usia dibawah 20 th dan paritas tinggi.
Patogenesis
Mola Hidatidsa
berkembang dari trofoblas ekstraembrionik.
Mola Hidatidosa terbagi menjadi:
1.Mola Hidatidosa Komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
2.Mola Hidatidosa Inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin
Manifestasi Klinis
1. amenore dan tanda-tanda kehamilan
perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwana coklat. Pada keadaan lanjut, kadang keluar gelembung mola
2. pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusar atau lebih
3. preeklampsia atau eklamsia yg terjadi sebelum kehamilan 24 mgg
Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan sonde uterus (Hanifa)
tes Acosta Sison, dg tang abortus, gelembung mola dapat dikeluarkan
peningkatan kadar beta hCG darah atau urin
ultrasonografi menunjukkan gambaran badai salju (snow flake pattern)
foto toraks ada gambaran emboli udara
pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tiroroksikosis
Komplikasi
Anemia, syok, infeksi, eklampsia, dan tirotoksikosis
Diagnosis
anamnesis: perdarahan pervaginam/gambaran mola, gejala toksemia pada TM I, TM II, hiperemesis gravidarum, gejala tirotoksikosis, dan gejala emboli paru
pemeriksaan fisik: uterus lebih besar dari usia kehamilan, kista luterin, balotemen negatif, denyut jantunh janin negatif
pemeriksaan penunjang: pada tes Acosta Sison dapat dikeluarkan jaringan mola, pada tes Hanifa sonde dapat masuk tanpa tahanan dan diputar 360 derajat g deviasi sonde kurang dari 10 derajat
Diagnosis Banding
Kehamilan dg mioma, abortus, hidramnion, dan gemeli
Penatalaksanaan
perbaiki keadaan umum
keluarkan jaringan mola dg vakum kuretase dilanjutkan dg kuret tajam. Lakukan kuretase kedua bila tinggi fundus uterus lebih dari 20 mgg sesudah hari ketujuh
untuk memperbaiki kontraksi, sebelumnya berikan uterotonik (20-40 unit oksitosin dalam 250 cc darah atau 50 unit oksitosin 500 ml NCl 0,9%). Bila tidak dapat dilakukan vakum kuretase, dapat diambil tindakan histerektomi
histerektomi perlu dipertimbangkan pada wanita yg telah cukup umur dan cukup anak. Batasan yg dipakai ialah umur 35 th dg anak hidup tiga
terapi profilaksis dg sitostatik metoreksat atau aktinomisin D pada kasus dg resiko keganasan tinggi seperti umur tua atau paritas tinggi
pemeriksan ginekologi, radiologi, dan kadar beta hCG lanjutan untuk deteksi dini keganasan. Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca mola, yg paling banyak dalam 6 bulan pertama.
Pemeriksaan kadar beta hCG tiap minggu sampai kadar menjadi negatif selama tiga inggu lalu tiap bulan selama 6 bulan. Pemeiksan foto toraks tiap bulan sampai kadar beta hCG negatif
kontrasepsi, sebaiknya diberikan preparat progesteron selama 2 tahun
Prognosis
Hampir 20% mola hidatidosa komplet berlanjut menjai keganasan, sedangkan mola hidatidosa parsial jarang. Mola yg terjadi berulang disertai tirotoksikosis atau kista lutein memiliki kemungkinan menjadi lebih tinggi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar